Find us on Google+ E R M A N POENYA: MAKALAH: Krisis Ekologi

Ads 468x60px

.

Labels

Kamis, 04 Juli 2013

MAKALAH: Krisis Ekologi


MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR
KRISIS EKOLOGI 
ANTARA TANGGUNG JAWAB SAINS DAN AGAMA


oleh:
Nama : Herman Sugianto
Nim : 15.1.11.6.019


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
FAKULTAS TARBIYAH
IPS EKONOMI




KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
         Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin…
Penulis 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN
        A. Latar Belakang
        B. Rumusan Masalah 
        C. Tujuan 
BAB II PEMBAHASAN 
        A. Ekologi Dan Problematikanya 
        B. Tanggung Jawab Sains Dan Agama Dalam Masalah Ekologi 
        C. Perdpektif Integrasi Sains Dan Agama Terhadap Permasalahan Ekologi 
        D. Solusi Penyelesaian Krisis Ekologi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang telah menerima amanat dari-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Manusia sebagi ciptaan yang telah di istimewakan dari makhluk-makhluk lain dengan akal sebagai pembedanya. Manusia seharusnya bisa mengutamakan akal pikirannya diatas nafsunya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan demikian mereka akan memperoleh kepuasan di setiap hasil akhir dari tindakan mereka. Dan sekaligus tidak akan merugikan berbagai pihak yang termasuk diantaranya adalah dirinya sendiri dan lingknganya. 
          Lebih-lebih di zaman sekarang ini, manusia bertindak semaunya, dan tanpa mengedepankan akal sehat mereka. Lingkungan di sekitarnya pun telah menjadi korban dari prilaku mereka, krisis lingkungan semakin menjadi-jadi. Hal tersebut tentunya akan membuat sang pencipta akan murka kepada manusia, karna telah mengabaikan amanah-Nya. Satu-satunya solusinya adalah menanamkan kesadaran di setiap individu. Hal tersebut akan diperoleh melalui pengetahuan sains dan agama. Dengan seperti itu manusia akan menyadari bahwa alam dan apa-apa yang di dalamnya adalah titipan Allah SWT yang harus di jaga dan di pertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.
B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang di atas penulis menarik beberapa rumusan masalah sebagai beriku ;
1. Apa yang di maksud ekologi dan bagaimanakah problematikanya, 
2. Bagaimanakah tanggung jawab sains dan agama dalam masalah ekologi, 
3. Bagaimana perspektif integrasi sains dan agama terhadap permasalahan ekologi, 
4. Bagaimana solusi penyelesaian krisis ekologi. 
C. Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di sebutkan beberapa tujuan dari penulis sbb ;
1. Mengetahui apa yang di maksud ekologi dan problematikanya,
2. Mengetahui tanggung jawab sains dan agama dalam masalah ekologi,
3. Mengetahui perspektif integrasi sains dan agama terhadap permasalahan ekologi,
4. Mengetahui bagaimana solusi penyelesaian krisis ekologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekologi dan Problematikanya
        Ekologi merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari tentang lingkungan. Ekologi sangat penting untuk mempelajari interaksi mahluk hidup dengan lingkungan atau habitatnya. Ekologi berasal dari bahasa Yunani. Secara harfiah ekologi terdiri atas dua kata, yaitu eikos yang berarti lingkungan dan logos yang berarti ilmu.
          Ekologi sebenarnya merupakan  cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut;
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
           Ada beberapa istilah yang berkaitan ekoogi yang tidak bisa lepas dari wacana lingkungan, yaitu:
- Species : kelompok organisme yang sejenis.
- Populasi : kumpulan mahluk hidup yang terdiri dari satu species yang menempati sebuah ekosistem yang sama pada waktu tertentu.
- Komunitas : beberapa populasi semua macam species yang menduduki suatu habitat
- Ekosistem : komunitas beserta lingkungan biotik dan abiotik / tempat di mana mahluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya.
- Habitat : tempat hidup suatu organisme di alam.
        Elemen-elemen ekologi tersebut, dalam dasawarsa terakhir ini, membutuhkan perhatian agar tidak mengalami krisis ekologi. Salah satu isu global yang berkembang dalam tiga dasawarsa terttakhir adalah masalah krisis ekologi (lingkungan). Ketertarikan dunia internasional terhadap masalah ini muncul akibat kenyamanan manusia di muka bumi mulai terganggu akibat adanya kerusakan lingkungan, yang ditandai dengan adanya perubahan iklim dan penurunan kulalitas lingkungan. Kerusakan lingkungan ini, menurut pengamatan sejumlah pakar lingkungan sudah berada pada ambang yang sangat mencemaskan. 
        Krisis ekologi tersebut membuat diskusi-diskusi dalam sains dan agama terasa semakin mendesak. Kalau orang yang bereasal dari prspektif-perspektif yang berbeda tidak bisa menyepakati suatu keprihatinan bersama akan dunia natural ini, sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran yang tidak terelakkan. Kita tidak bisa lagi memisahkan kepedulian nasib akhir kita sendiri dari nasib akhir seluruh alam semesta. Lihatlah akhir-akhir ini akibat kita tidak memperdulikan ekologi, maka yang terjadi adalah kemarahan kosmos dalam bentuk semakin besarnya “lubang ozone”, semakin meluasnya pemanasan global, meningkatnya laju deforestasi dan isu hayati. Di negara kita banjir, gunung meletus, tsunami dan sebagainya menghantam kehidupan kita, seolah-olah kita hidup dengan bencana. Dalam realitas krisis ekologis ini maka pertanyaan yang perlu dikedepankan adalah peranan-peranan apakah yang dimainkan dan agama (Tuhan) dalam bentguk sikap-sikap (moreealitas) terhadap lingkungan? lagi pula, bukankah sains dan agama bertanggung jawab atas krisis ekologis? Kenapa harus sins dan agama? Secara khusus bagaimana konsep islam terhadap ekologi? Pertanyaan-pertanyaan akademis inilah yang menjadi wacana kita sekarang ini.

B. Tanggung Jawab Sains dan Agama Dalam Masalah Ekologi
           Kesadaran dan keprihatinan akan adanya krisis lingkungan hidup yang diakibatkan oleh ulah manusia, sebenarnya sudah kita rasakan pada kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Banyak kajian yang mencoba menimbang ulang konsep-konsep pembangunan yang telah dilaksanakan seperti beberapa ahli ekonomi mengkaji dampak pertumbuhan ekonomi atas lingkungan. Kajian lain adalah Lynn (1967) yang menerbitkan artikel dalam majalah science yang berjudul” Akar Historis dari Krisis Ekologi yang Menimpa Kita”, yang menjelaskan sumber masalah lingkungan adalah kekristenan barat, sains dan teknologi. The Limit To Growth yang disusun oleh Massachusetts Institute of Technology merupakan kajian yang menjelaskan bahwa ada faktor-faktor seperti jumlah penduduk, pola konsumsi manusia, polusi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekologi.
         Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita sarikan bahwa krisis ekologi merupakan suatu kejadian yang diakibatkan oleh manusia yang pada saat perjalanan hidupnya tidak menyadari akan dampak pola hidupnya, terutama dalam menggunakan sains dan teknologi yang ternyata mempunyai dampak negative terhadap kelestarian lingkungan. Masalah krisis lingkungan merupakan akibat dari etika moral manusia dan penggunaan sain dan teknologi. Untuk mengatasi hal tersebut sudah banyak dilakukan pertemuan pimpinan agama dan ilmuwan dan salah satu seruan bersama tentang ekologi dan lingkungan oleh sains dan agama hasil konfrensi di Washington pada bulan Mei 1992 adalah: “Apa gunanya imbauan moral yang paling bersungguh-sungguh apabila kita tidak memahami bahaya dan cara menghadapinya? Apa gunanya seluruh data yang ada di dunia tanpa ada panduan etika moral yang tegas?.. Selama bahaya yang dialami itu berasal dari nilai-nilai moral, kesombongan manusia, keangkuhan, sikap tidak peduli, kerakusan, sikap boros, dan sikap memilih jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang, maka agama memainkan peranan yang sangat penting, selama bahaya yang kita hadapi datang dari ketidak pedulian kita pada alam yang memiliki saling ketergantungan yang rumit, maka sains dan teknologi memiliki peranan yang sangat penting untuk dimainkan”
           Sesuai dengan seruan diatas sains dan teknologi dapat berperan mengatasi permasalahan ekologi salah satunya adalah bidang ilmu pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dimana bidang ilmu ini harus dapat menjembati antara lingkungan sebagai sumber daya alam untuk keberlangsungan kehidupan manusia dengan konservasi lingkungan. Oleh karena itu bidang ilmu pengelolaan lingkungan sangat berperan untuk mengelola lingkungan salah satunya dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Dengan konsep ini diharapkan proses pembangunan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia tetap berlangsung tanpa mengurangi kualitas lingkungan hidup. 
           Di samping itu agama pun sangat berperan di dalam mengkaji lingkungan dan permasalahnya. Sebagai seorang muslim (beragama Islam),dalam Al-Quran dinyatakan rahmatan lil alamin. Manusia dilarang membuat kerusakan dimuka bumi (Q.s.Al- Qashash” (28):77), diharapkan umat memperbaiki diri, memberikan ketelaudanan dan menjadi pelopor. Dengan pendekatan etika moral melalui agama diharapkan proses internalisasi menjadi lebih baik, dan ada nilai-nilai standar yang dapat dijadikan acuan. 
           Dalam Agama Islam etika moral terhadap lingkungan ada 4 (empat) yaitu tauhid, Khilafah, Istishlah, halal dan haram (Sardar, 1985). Tauhid adalah hanya dapat mematuhi sang pencipta dari segala kehidupan dengan jalan bekerja demi kesejahteraan umum yang universal bagi kesejahteraan makhluk, Khilafah adalah adalah kepemimpinan, salah satunya adalah pengelolaan lingkungan hidup. Keberlanjutan lingkungan tergantung kepada kepemimpinan manusia, Istishlah adalah mementingkan kemaslahatan umat merupakan salah satu syarat mutlak dalam pertimbangan pemeliharaan lingkungan, dan halal dan haram konsep yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan sebagai pembatas yang kuat untuk mencegah perilaku manusia agar tidak merusak tatanan yang teratur dalam ekosistem dan tatanan kehidupan. 
          Perhatian terhadap lingkungan oleh sains dan agama menunjukkan peningkatan yang begitu besar, yang dihadapkan dengan serial permasalahan lingkungan dalam skala global dan regional dimana ancaman terhadap lingkungan telah sampai pada tingkat serius dengan memungkinkan tidak akan terpulihkan lagi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan hasil-hasil riset menunjukkan bahwa pendekatan “ecological woldview” dalam menjawab tantangan permasalahan lingkungan hidup serta alternatif pemecahan permasalahan adalah penting diwujudkan, mengingat dalam suatu ekosistem komponen-komponen sub sistem berinteraksi secara dinamis untuk membentuk satu kesatuan ekologi. Dalam satu sistem ekologi, gangguan terhadap satu komponen akan mempengaruhi komponen-komponen sistem secara keseluruhan. 
           Setelah memahami keempat pendekatan tersebut, maka kita akan melihat bagaimana tanggung jawab sains dan agama terhadap krisis ekologi yang melanda dunia sekarang ini. Baik komunitas ilmiah maupun komunitas keagamaan telah berusaha semaksimal mungkin untuk memperjuangkan perspektif global tentang etika lingkungan dan kesadaran ekologis. 
1. Pendekatan Konflik 
           Sebagaimana penjelasan di atas bahwa kubu ini sangat skeptis melihat peranan agama dalam masalah ekologi. Skeptisme ilmiah memandang agama tidak perlu peduli terhadap keadaan ekologis karena akan menjadi penghalang. Tetapi ada saja dari kubu kontras ini yang masih mengakui bahwa agama dapat memberikan semangat moral yang kuat bagi aktifisme ekologis, walaupun agak terlambat dalam pandangan skeptik. Walaupun dari titik pandang ilmiah agama hanyalah ilusi-ilusi, arti penting mereka secara ekologis bukan terutama status kebenarannya, melainkan pertolongan yang dapat mereka berikan dalam perjuangan moral bersama dalam rangka menyelamatkan planet ini. 
2. Pendekatan kontras 
          Menurut Haught, ekosistem bumi ini rusak dan hancur bukan karena pengaruh agama, melainkan justru karena kurangnya pengaruh agama. Sekularisme modern telah menyingkirkan nilai-nilai agama (deconsecration of values) dan Tuhan, sebagai gantinya, merebaklah rasionalisme, humanisme dan saintisme yang mengisi ruang hampa yang telah ditinggalkan Tuhan; kesemuanya ini tumbuh subur atas pengandaian bahwa Manusia menempati posisi posisi supremasi dia atas alam. Antroposentrisme kebudayaan yang terbukti merusak secara ekologis, yang diintensifkan oleh munculnya “humanisme sekuler” telah menjadi semakin kuat lagi dengan munculnya ideologi “kematian Tuhan” (death of god ideology). 
3. Pendekatan Kontak 
            Pemikran mazhab ini relatif sejalan dengan pandangan kubu kontras bahwa moralitas ekoologis harus berakar dalam perasaan akan yang abadi; tetapi harus hati-hati karena kerinduan pada yang abadi tidak mengangkatmanusia sebelum waktunya keluar dari komunitas bumi ini. Pemisahan dualistik umat manusia dari bumi tellah mendomiinasi pemikiran keagamaan pada masa silam; hasilnya adalah anggapan yang memandang “kosmos bukan sebagai kediaman manusia (cosmic homelessness) ; maka dengan tepat pandangan ini dikecam oleh kaum skeptik . keprihatinan ekologis menuntut bahwa manusia memberlakukkan bumi ini sebaggai kediaman yang berbeda dengan memberlakukan hotel yang dapat ditinggalkan begitu saja sesuka hati. Tetapi, agama yang memusatkan perhatian pada hal-hal supernatural tampaknya telah memunculkan sikap gamang terhadap lingkungan-lingkungan alamiah. Manusia telah menerima dengan sangat harfiah, sebuah ide bahwa dunia ini bukanlah kediamannya. 
4. Pendekatan Konfirmasi 
            Kalau pendekatan kontras dan kontak sudah puas dengan hanya menunjuk pada kesejalanan teologi dengan ekologi atau menyesuaikan teologi dengan situasi baru, pendirian “konfirmasi” ini melangkah lebih jauh lagi. Kubu ini meyakini bahwa dalam intinya yang terdalam agama mengandung kepedulian ekologis

C. Perspektif Integrasi Sains dan agama Terhadap Permasalahan Ekologi 
         Permsalahan lingkungan lainnya, manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya karena setiap kegiatann manusia mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan. Manusia senantiasa melakukan penyesuaian dengan perubahan-perubahan alam sekitarnya dengan kemajuan menciptakan teknologi. Efek gangguan terhadap lingkungann yang timbul akibat aktivitas manusia dengan segala kompleksitasnya permasalahan yang telah dirasakan secara global dan telah menyebabkan keseimbangan planet bumi yang kita tempati ini mengalami gangguan yang cukup serius dari perspektif keterlanjutan pemanfaatan dan konversi sumber daya alam. 
        Fenomena gangguan terhadap sistem lingkungan alam yang dihuni oleh manusia dan biota lainnya tampak telah menjadi masalah yang kompleks dan telah menjadi isu lingkungan dunia, antara lain: dalam bentuk semakin besarnya “lubang ozone” semakin meluasnya gejala pemanasan global, meningkatnya laju deportasi dan isu hayati. Kita masih ingat tragedi bhopal di India, pada tahun 1984, ketika penyimpanan zat kimia bocor, dan menewaskan ratusan penduduk sekitarnya. 
       Ini adalah ulah dari tangan manusia yang tidak mau care dengan lingkungannya. Al-quran telah mengingatkan umat manusia beberapa abad yang lalu agar menjaga lingkungannya sehingga tidak terjadi kemnarahan kosmos seperti yang dirasakan sekarang ini. firmanNya dalam Al-Qur’an surat Al-Rum (30) :41 : yang artinya :
         Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benbar). 

D. Solusi Penyelesaian Krisis Ekologi 
           Krisis ekologi secara global pada umumnya diakibatkan oleh aktivitas industri dari negara-negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia. Kondisi ini dapat dipahami, karena semenjak berakhirnya perang dunia ke II negara-negara tersebut baru bebas dari kolonialisme sehingga dengan kondisi sumber daya manusia yang terbatas, eksploitasi lingkungan secara besar-besaran merupakan salah satu alternatif pilihan. 
         Dengan adanya beberapa bencana di permukaan bumi, manusia mulai merasa perlu untuk besikap ramah terhadap lingkungan. Sikap tersebut diantaranya ditunjukkan dengan adanya usaha terencana dalam mengelola lingkungann mengingat lingkungan memiliki keterbatasan dalam pengelolaannya. Sumber daya hutan, sumber daya lahan, sumber daya manusia dan sumber daya air, masing-masing merupakan satu kesatuan ekosistem yang memiliki sumber daya alam yang semestinya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Atau juga dapat ditunjukan dengan memperlakukan lingkungan dengan penuh tanggung jawab. Karena dalam pandangan Ilahi, alam memiliki hak yang sama dengan manusia (Q.S. Al-Hijr: 86). Sekali hak alam ini kita abaikan dan atau malah kita perlakukan dengan kebuasan tak terkendali demi memanjakan hasrat primitif, sudah menjadi sunatullah, pada ambang batas yang sudah tidak bisa ditolerir lagi alam pun akan melakukan “perlawanan”
          Perlawanan yang terartikulasikan dalam wujud “kemarahan” itu bisa mengambil rupa tanah longsor, amukan badai, banjir yang senantiasa mengepung, cuaca tak menentu, dan krisis ekologi yang mengerikan lainnya yang justru dampak destruktifnya akan kembali menimpa jagat manusia. Bukan hanya sekarang tapi bisa nanti menimpa anak cucu kita, generasi mendatang yang tidak berdosa. 
           Menurut hemat Nurdiana,SP.,MP, agenda yang mendesak yang perlu dilakukan untuk menanggulangi krisis lingkungan global dan proses dehumanisasi adalah mengangkat dan menata kembali secara lebih artikulatif konsepsi tasawuf (sakrfamental-keheningan), yaknidimensi spiritual-esoteris keberagaman islam yang berwawasan ekososial, sehingga dapat membentuk way of life (pola dan pandangan hidup sehari-hari) yang bersifat imperatif bagi para pengikutnya. Mengungkap kembali pandangan kosmologi keberagaman yang menitikberatkan dimensi spiritualitas yang berwawasan kerjasama dan sekaligus bersifat fungsional merupakan upaya alternatif yang dapat disumbangkan oleh cendekiawan agama dan kaum agamawan pada umumnya untuk mengendalikan berlakunya hukum alam, hukum ekonomi atau hukum sejarah yang bersifat represif dan membelenggu.
           Sustainable development (pembangunan berkesinambungan) yang menjadi agenda manusia modern, menurut sudut pandang ajaran agama yang bersifat profetik. Tanpa dibarengi muatan spiritualitas keberagaman seperti itu, agaknya sustainable development akan segera terdominasi dan terkooptasi oleh kekuatan hukum alam dan hukum ekonomi yang mempunyai kepentingan sendiri. Semboyan sustainable development yang semata-mata bersifat historis-empiris, tanpa dimuati arus yang berkekuatan transendental-profetik-sufistik hanya akan menjadi simbol dan jargon yang miskiin motivasi untuk melangkah diluar kaidah hukum ekonomi yang biasa berlaku. jika memang itu yang diharapkan, sumbangan yang diber4ikan agama `(termasuk islam), maka peninjauan “kritis” terhadap berlakunya hukum pasar dan hukum ekonmomi tidak lain dan tidak bukan hanya dapat diperoleh dari wawasan berfikir dan bertindak agamais dalam rangka mewujudkan Sustainable development yang humanis maka harus memperhatikan etika lingkungan dan kesadaran ekologis. Etika lingkungan harus memperhatikan etika lingkungan dan kesadaran ekologis. Etika lingkungan harus berprinsif ekosentris, yang berakar pada kosmos, yakni kesatuan alam yang teratur serta saling bergantung. Semua aspek lingkungan termasuk benda mati harus dilihat sebagai entitas yang mempunyai nilai intrinsik dan eksentrik bagi kehidupan makro, yang seharusnya tetap terjaga.


BAB III 
KESIMPULAN 

Dari pembahasan di atas dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut; 
1. Ekologi merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari tentang lingkungan. Ekologi berasal dari bahsa Yunani. Secara harfiah ekologi terdiri atas dua kata, yaitu eikos yang berarti lingkungan dan logos yang berarti ilmu. 
2. Pada dasarnya krisis ekologi disebabkan oleh ulah tangan manusia. 
3. Kerusakan atau kerisis ekologi secara gelobal ini pada umumnya diakibatkan oleh faktor lajunya populasi penduduk yang relatif cepat dan kemajuan pesat sains dan teknologi. 
4. Sebenarnya krisis ekologi yang terjadi dimuka bumi ini sebagian dari konsekuensi dari hasil karya tangan manusia yang kelewat batas. 
5. Dalam Agama Islam etika moral terhadap lingkungan ada 4 (empat) yaitu tauhid, Khilafah, Istishlah, halal dan haram 
6. Ada 4 pendekatan yang di gunakan dalam mengkaji permasalahan ekologi terkait dengan tanggung jawab sains dan agama yaitu ; pendekatan konflik, pendekatankontras, pendekatan kontak dan pendekatan konfirmasi. 
7. Krisis ekologi secara global pada umumnya diakibatkan oleh aktivitas industri dari negara-negara yang sedang berkembang.


DAFTAR REFRENCE; 
-Nurdiana, Ilmu Alamiah Dasar ( Mataram: LKIM, 2011).
-http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1933979-pengertian-ekologi/#ixzz1ZoLAzIqL 
-http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031-WAHYU_SURAKUSUMAH/Peranan_etika,_agama,_dan_ilmu_pengelolaan_sumber_daya_alam 
-http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=9446

1 komentar: