MAKALAH
AL-MAQOMAT DAN AL-AHWAL DALAM TASAWUF
KELOMPOK VI:
NAMA: :NIM
YULIANA :151.116.011
BQ. LINA APRIANINGSIH :151.116.012
MARLIA :151.116.
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN IPS EKONOMI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Tinjuan analisis terhadap tasawuf menunjukkan upaya para sufi dengan berbagai aliran yang di anutnya memiliki suatu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah SWT .Jalan ini dimulai dengan latihan –latihan rohaniah (riyadah),lalu secara bertahap menempuh berbagai fase ,yang dikenal dengan maqam (tingkatan)dan hal(keadaan), berakhir dengan mengenal (ma’rifat) kepada Allah SWT .Tingkat pengenalan (ma’ripat) menjadi jargon yang umumnya banyak dikejar oleh para sufi .Kerangka sikap dan prilaku sufi diwujudkan melalui amalan dan metode tertentu yang disebut thariqat atau jalan dalam rangka menemukan pengenalan(ma’ripat)Allah SWT .Lingkup perjalanan menuju Allah SWT untuk memperoleh pengenalan (ma’ripat )yang berlaku dikalangan sufi sering disebut sebagai kerangka irfani.
Perjalanan menuju Allah SWT merupakan metode pengenalan (ma’ripat) secara rasa atau (rohaniah) yang benar terhadap Allah SWT. Manusia tidak akan mengetahui banyak penciptanya selama belum melakukan perjalanan menuju Allah SWT.Walaupun ia adalah orang yang beriman secara aqliyah atau logis-teoritis dan iman secara rasa
Lingkup ’ irfani tidak dapat dicapai dengan mudah atau spontanitas, tetapi melalui proses yang panjang .Proses yang dimaksud adalah maqam-maqam (tingkatan atau stasiun) dan ahwal (jamak dari hal).Dua persoalan ini harus dilalui oleh orang yang berjalan menuju Tuhan.
Tingkatan (maqam )adalah tingkatan seorang hamba dihadapan-Nya ,dalam hal ibadah dan latihan-latihan (riyadah)jiwa yang dilakukannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian maqamat?
2. Sebutkan macam-macam maqamat dan jelaskan?
3. Apakah pengertian Ahwal?
4. Sebutkan macam-macam Ahwal dan jelaskan?
5. Bagaimana hubungan antara maqamat dan ahwal?
BAB II
PEMBAHASAN
AL-MAQAMAT DAN AL-AHWAL DALAM TASAWUF
Dalam keterkaitannya dengan mujahadah dan riyadah sebagaimana yang dipaparkan diatas ,menurut lazimnya ,dikalangan kaum tasawuf terdapat pemahaman, bahwa untuk mencapai tasawuf sepenuhnya atau untuk menjadi seorang sufi dalam arti kata yang sesungguhnya,seorang salik harus menempuh macam –macam maqam dan ahwal .Artinya,bahwa untuk mencapai tujuan akhir yang disebut makrifat billah,orang sufi mesti menempuh suatu jalan (thariq)yang terdiri dari beberapa tingkatan(maqamat) yang harus ditempuh satu demi satu, dan dalam perjalanan yang memakan waktu panjang dan berat itu mereka akan mengalami berbagai keadaan batin yang disebut dengan ahwal.Jadi,maqamat dan ahwal adalah merupakan tahap-tahap yang lazim dilalui oleh para salik menuju tujuan puncaknya,yaitu mencapai makrifatullah.
A. AL-MAQAMAT
1. Pengertian Maqamat
Maqamat meupakan bentuk jamak dari maqom mengandung arti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Dalam ilmu tasawuf maqam berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan, dan latihan. Sedangkan secara harfiyah maqamat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri atau. pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang selalu ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.[1]
2. Macam- macam maqamat dalam tasawuf
Maqam yang dijalani kaum sufi umumnya terdiri atas tujuh maqam yaitu, tobat, zuhud, faqr, sabar, syukur, rela, dan tawakal
a. Tobat
Dalam pembahasan tasawuf,tobat dimaksudkan sebagai maqam pertama yang harus dilalui dan dijalani oleh seorang salik .Dikatakan ,Allah SWT.Tidak mendekati sebelum bertobat .Karena dengan tobat,jiwa seorang salik bersih dari dosa.Tuhan dapat didekati dengan jiwa yang suci [2].
At-taubah berasal dari bahasa arab taba, yatubu, taubatan yang artinya kembali. Sedangkan taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan tersebut, yang disertai dengan amal kebajikan. Harun Nasution, mengatakan taubat yang dimaksud sufi ialah taubat yang sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi.[3]
b. Zuhud.
Secara harfiyah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun Nasution zuhud artinya keadan meninggalkan dunia dan hidup kemateriaan. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah. Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia
Dilihat dari maksudnya ,zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan.Pertama (terendah),menjauhkan dunia ini agar terhindar dari hukuman di akhirat .kedua,menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di akhirat .ketiga (tertinggi),mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap ,tetepi karena cinta kepada Allah SWT.Orang yang berada pada tingkat tertinggi ini memandang segala sesuatu ,kecuali Allah SWT,tidak mempunyai arti apa-apa.Sebagaimana firman Alla ( QS. Al-an am’6: 32 ).
Artinya: dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka.dan sungguh kampung akhrat itu lbih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminya ( QS Al-an am 6:32)
c. Faqr (faqir)
Faqr dapat berarti sebagai kekurangan harta yang diperlukan seseorang dalam menjalani kehidupan dunia.Sikap faqr penting dimiliki orang yang berjalan menuju Allah SWT.Karena kekayaan atau kebanyakan harta memungkinkan manusia dekat pada kejahatan dan sekurang –kurangnya membuat jiwa menjadi tertambat pada selain Allah SWT.
d. Sabar
Sabar jika dipandang sebagai pengekangan tuntutan nafsu dan amarah,dinamakan Al-Ghazali sebagai kesabaran jiwa ,sedangkan menahan terhadap penyakit fisik disebut sebagai sabar badani .Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek .Misalnya ,untuk menahan nafsu makan dan seks yang berlebihan.
e. Syukur
Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan kita miliki di dunia adalah berkat karunia Allah SWT .telah memberikan nikmat kepada kita ,baik berupa pendengaran,penglihatan,kesehatan ,keamanan maupun nikmat-nikmat lainnya.
f. Rela (Ridha)
Rida berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugeragkan Allah SWT .Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan yang diberikan Allah SWT .dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya.Bahkan ia mampu melihat keagungan ,kebesaran,dan kemahasempurnaan Dzat yang memberikan cobaan kepadanya sehingga tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan tersebut.Hanya para ahli ma’ripat dan mahabbah yang mampu bersikap seperti ini.Mereka bahkan merasakan musibah dan ujian sebagai suatu nikmat ,lantaran jiwanya bertemu dengan yang dicintainya.
g. Tawakkal
Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT. Mengenai pengertian tawakal ,Dzun Nun mengartikan bahwa tawakal adalah berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan.Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.Disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.Artinya, tawakal mencerminkan penyerahan diri manusia kepada Allah SWT.[4]
h. Wara’
apabila tobat anda telah benar, tentulah anda akan menjadi seorang yang waara’. Al-wara’ adalah meningglkan segala sesuatu yang mengandung kesamaran (syubhat) didalamnya.
B. AL AHWAL
1. Pengertian ahwal
Pendapat Syaikh Abu Nashar As Saraj bahwa hal ialah keadaan yang meliputi hati seseorang atau perasaan yang terkandung di dalamnya.Atau hal artinya keadaan suasana batiniah,yang bergantung bukan pada sang sufi melainkan kepada Tuhan.
Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa, ahwal berarti sifat atau keadaan sesuatu. Ahwal diterangkan sebagai penberian yang tercurah kepada seseorang dari tuhannya, baik sebagi buah dari amal shaleh yang menyucikan jiwa maupun datang dari tuhan sebagai pemberian semata.
Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam bahasa inggris disebut state adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan dari hasil usahanya. Sedangkan menurut al- Qusyairi al-hal selalu bergerak setahap demi setahap ketingkat puncak kesempurnaan rohani.
Yang paling penting dan paling banyak penganutnya adalah:
a. Al-muraqabah
Adanya kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasiNYA
b. Al-khauf
Menurut sufi berarti suatu sikap mental, merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya. Khauf timbul karena pengenalan dan kecintaan kepada Allah yang sudah mendalam.
c. Al-raja’
Suatu sikap mental optimisme dalam memperoleh karuni dan nikmat ilahi yang disediakan kepada hambanya yang sholeh.
d. Al-syauq
Kondisi kejiwaan yang menyertai mahabbah yaitu rasa rindu yang memancar kalbu dengan gelora cinta yang murni[5]
2. Macam-macam hal (ahwal)
Sebagaimana yang telah disinggung bahwa hal-hal yang sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi,antra lain waspada dan mawas diri (muhasabah dan muraqabah), kehampiran atau kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja’), rindu (syauq), intim (uns), tentram (thuma’ninah), penyaksian (musyahadah), dan yakin.
1. Waspada dan mawas diri (Muhasabah dan Muraqabah)
Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat .Oleh karena itu ,ada sufi yang mengupasnya secara bersamaan.Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah .Waspada (muhasabah) dapat diartikan menyakini bahwa Allah SWT .Mengetahui segala pikiran,perbuatan ,rahasia dalam hati,yang membuat seseorang menjadi hormat,takut,dan tunduk kepada Allah SWT.Adapun mawas diri (muraqabah) adalah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatannya sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang dari yang dikehendaki-Nya.
2. Cinta (hubb)
Dalam pandangan tasawuf,mahabbah (cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal ,sama seperti tobat yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Karena mahabbah pada dasarnya adalah kecendrungan hati untuk memperhatikan keindahan atau kecantikan.
Berkenaan dengan mahabbah,Suhrawardi mengatakan, ‘’sesungguhnya mahabbah(cinta) adalah mata rantai keselarasan yang mengikat sang pencipta kepada kekasihnya.Ketertarikan kepada kekasih ,yang menarik sang pencipta kepadanya ,dan melenyapkan sesuatu dari wujudnya sehingga ia menguasai seluruh sifat dalam dirinya,kemudian menangkap zatnya dalam genggam qudrat (Allah).
3. Berharap dan takut (Raja’ dan Khauf)
Bagi kalangan sufi ,raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi.Raja’berarti berharap atau optimism .Raja’ atau optimisme adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.Raja’ atau optimism ini telah ditegaskan dalam Al-qur’an;(Q.S.Al-Baqarah(2)218)
Artinya: Sesungguhnya orang –orang yang beriman dan berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Raja’ menuntut 3 perkara yaitu
a. cinta pada apa yang diharapkannya
b. takut harapannya hilang
c. berusaha untuk mencapainya
Raja’ yang tidak dibarengi dengan 3 perkara itu hanyalah ilusi atau khayalan.setiap orang yang berharap adalah orang yang takut (khauf). Orang yang berharap untuk sampai disuatu tempat tepat pada waktunya, tentu ia takut terlambat. Karena takut terlambat ,ia mempercepat jalannya. Begitu pula ,orang yang mengharap ridha atau ampunan Tuhan ,diiringi pula dengan rasa takut akan siksaa Tuhan
Ahmad faridh menegaskan bahwa khauf merupakan cambuk yang digunakan Allah SWT.untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya ,mereka dapat dekat kepada Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti ,yang akan menimpa dirinya pada masa yang akan datang .Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
dan raja’ saling berhubungan.Kekurangan khauf akan menyebabkan seseorang lalai dan berani berbuat maksiat,sedangkan khauf yang berlebihan akan menjadikannya putus asa dan pesimis.Begitu juga sebaliknya ,terlalu besar sikap raja akan membuat seseorang sombong dan meremehkan amalan –amalannya karena optimisnya yang berlebihan.
4. Rindu(syauq)
Selama masih ada cinta ,syauq tetap diperlukan dalam lubuk jiwa ,rasa rindu hidup dengan subur,yaitu rindu ingin segera bertemu dengan Tuhan.Ada orang yang mengatakan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar.Lupa kepada Allah SWT.Lebih berbahaya daripada maut .Bagi sufi yang rindu kepada Tuhan,mati dapat berarti bertemu dengan Tuhan.
5. Intim(uns)
Dalam pandangan kaum sufi ,sifat uns (intim )adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi .Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns: ‘’Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian.ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta, seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi. Adapula orang yang merasa bising dalam kesepian .Ia adalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas pekerjaannya semata .Adapun engkau, selalu merasa berteman dimanapun berada. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah SWT artinya, engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah SWT.
Ungkapan ini melukiskan keakraban atau keintiman seorang sufi dengan Tuhannya.Sikap keintiman ini banyak dialami oleh kaum sufi.[6]
BAB III
KESIMPULAN
Maqamat meupakan bentuk jamak dari maqom mengandung arti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak Maqamat meupakan bentuk jamak dari maqom mengandung arti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Dalam ilmu tasawuf maqam berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan, dan latihan. Sedangkan secara harfiyah maqamat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang selalu ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Macam-macam maqamat:
a) Tobat
b) Zuhud
c) Faqr(faqir)
d) Sabar
e) Syukur
f) Rela (ridha)
g) Tawakkal
h) Wara’
Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa, ahwal berarti sifat atau keadaan sesuatu. Ahwal diterangkan sebagai penberian yang tercurah kepada seseorang dari tuhannya, baik sebagi buah dari amal shaleh yang menyucikan jiwa maupun datang dari tuhan sebagai penbrian semata.
Macam-macam hal:
a) Waspada dan mawasdiri( muhasabbah dan murakobbah)
b) Cinta (hubb)
c) Berharap dan takut (raja’ dan khauf )
d) Rindu (syauq )
e) Intim (uns ).
_______________________
[1] M. Solihin, Tasawuf Tematik,( Bandung: Pustaka Setia,2003),h.13
[2] Rosihon Anwar, Akhlaq Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010),h. 109
[3] Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf,(Jakarta: Rajawali Pers,2010),h.193
[4] Rosihon Anwar, Akhlaq Tasawuf,h.
[5] Riva’i A. Siregar Tasawwuf dari sufisme klasik ke neo sufisme, (Jakarta, Rajawali Pers, 2001), h. 131
[6] Rosihan Anwar, Ahklak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 201
DAFTAR PUSTAKA
Solihin.2003. Tasawuf Tematik. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon. 2010. Ahklaq Tasawuf.Bandung: Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 2010. Ahklaq Tasawuf.Jakarta: Rajawali Pers.
Rivai, A Serigar.2001.Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme.Jakarta: Rajawali Pers.
Mahmud,Abdul Halim.2002.Tasawuf di dunia Islam. Bandung: Pustaka Setia.
0 komentar:
Posting Komentar